Kamis, 29 Januari 2009

HEAVY LIFT CARGO - PROJECT SERVICES


HEAVYLIFT CARGO - PROJECT SERVICES


ASPEK MANUSIA

Rasanya kurang klop apabila tidak ada blog yang mengapresiasikan orang-orang yang berada di lingkungan pekerjaan ini. Mereka sepertinya tenggelam dalam beberapa pekerjaan proyek yang menuntut keahlian dan ketelitian yang tinggi dalam setiap pengerjaannya. Meski tidak sebesar resiko duel dengan seekor singa misalnya. Namun resiko pekerjaan akan selalu ada. Apalagi bila tidak dibarengi dengan pengetahuan atas pekerjaan tersebut dan yang lebih penting atas faktor keamanan (safety) yang ditunjang dengan peralatan yang memadai. Mulai dari safety shoes, gloves, masker, google dan lain sebagainya. Terutama di pekerjaan yang banyak bersinggungan dengan pengangkutan dan penanganan barang-barang perusahaan minyak & gas, yang notabene lebih "concern" terhadap hal dimaksud.


ASPEK BISNIS

Pengertian Heavy Lift Cargo - Project Service adalah penanganan cargo/barang yang biasanya ber-tonase diluar berat barang biasa, namun ada kalanya yang perlu dipertimbangkan pula adalah faktor oversized/over length/over width/over height/out of gauge daripada cargo/barang tersebut juga.
Jadi secara fungsional, heavy lift cargo bisa dikategorikan barang-barang yang perlu penanganan secara khusus namun pada sisi operasional, barang-barang tersebut masih bergabung dengan barang-barang lainnya/general cargo.
Alih-alih akan terjadinya dispute/masalah atas kesulitan pihak importir/agen pada saat penanganan masalah kepabeanannya. Untuk itu perlu ijin khusus kepada pihak bea cukai dan pihak terkait lainnya dalam rangka pembayaran/kewajiban bea masuk.
Atas dasar tingkat atau faktor kesulitan yang tinggi, maka ditinjau dari sisi bisnis tentu saja akan membuat biaya yang timbul atas penanganan barang/cargo ini menjadi bias dan relatif lebih sulit untuk dihitung secara perhitungan/tabulasi yang biasa diterapkan pada barang/cargo umum, yang tidak mempunyai karakteristik yang telah disebutkan diatas.
Pengusaha penanganan heavy lift cargo akan mempunyai kesempatan untuk me-multiplikasi profit yang diakibatkan oleh tingkat kesulitan yang tidak dapat diukur dengan komparasi barang umum. Tentu saja harga akan menjadi lebih tinggi dan menjadikan elemen biaya proyek menjadi tinggi.
Kompetitif harga yang dihitung oleh pengusaha tentunya didasarkan atas digunakannya peralatan dan kendaraan, yang apabila menggunakan kepemilikan pihak lain, akan menjadikan efek mutiplikasi/multifying effect terhadap biaya yang diajukan.
Sederhananya adalah Project Owner/Pemilik Proyek, harus jeli dan cermat untuk menentukan komposisi komponen biaya handling ini, namun tidak menghilangkan konsideran aspek-aspek logis lainnya, diluar sisi eleganitas kontrak dengan penyedia jasa yang notabene terdiri dari orang asing, namun tidak mempunyai peralatan, yang tentunya harus dieliminasi. Pertimbangkan, value atau prestige? Pertimbangkan juga, lower cost atau high cost, akibat mediasi handling.


ASPEK KONTINJENSI PROYEK

Setiap proyek tentunya akan mengacu kepada ter-evaluasi-nya setiap elemen atau entitas proyek tersebut, terlepas sekecil apapun peranan entitas proyek tersebut. Hal ini akan berdampak kepada ketersediaan proyek di masa mendatang, yang sesuai dengan perkembangan tuntutan industri dan pasar.
Aspek yang logis di dalam mencermati hal ini adalah adanya revolusi industri yang mengacu kepada ketersediaan proyek di masa mendatang, sehingga angka rasio "survive" nya perusahaan penyedia jasa penanganan barang proyek tidak akan terlalu bergantung kepada homogenitas industri saja. Namun terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan dasar pada negara berkembang seperti yang terjadi di Indonesia.
Contohnya adalah, apabila keran impor dibuka pengawasannya untuk barang-barang rekondisi sebuah proyek pembangkit listrik baru tapi lama, tentu saja akan menghasilkan banyak sekali "opportunity" terhadap kelangsungan proyek di masa mendatang. Dengan alasan bahwa tidak seluruh proyek dapat dijangkau oleh proses pra-kualifikasi investasi yang dilakukan oleh pribumi. Yang mana bisa kita lihat pengusaha pribumi hanya mengandalkan uang bank untuk pembiayaan investasinya, ketimbang merogoh kocek sendiri dari keuntungan konglomerasi mereka.
Disisi lain, apabila kita selalu mengandalkan pembiayaan dari pihak luar atas proyek-proyek strategis seperti ini, tentu saja akan membuat tingginya angka ketergantungan pihak Indonesia terhadap bangsa lain. Tentu saja hal ini tidak baik untuk "kesehatan" ketahanan dan pertahanan nasional.
Dari ketersediaannya peralatan yang perlu manajemen yang baik dan juga pemeliharaan yang berkala, tentu saja perlu diadakan peremajaan atas peralatan dan kendaraan yang dipakai, namun belum tentu hal ini dapat dilakukan, karena income tidak sesuai dengan expense. Terlebih lagi, bank tidak serta merta membantu dan mempercayai sebuah perusahaan yang dikelola dengan manajemen asalan. Dilematis untuk pengusaha dan kelangsungan hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, perlu diadakannya perbaikan di segala hal, baik secara internal maupun eksternal di dalam perusahaan jasa di bidang ini.

1 komentar: